Proses Penciptaan Manusia Menurut Islam


Manusia ialah makhluk yang diciptakan oleh Alllah SWT dengan bentuk jasad dan ruh. Ia telah bersaksi dihadapan Allah bahw Dia adalah Rabb semesta Alam, serta ia (manusia) diberikan suatu amanat yang tidak mampu dipikul oleh makhluk selainnya yaitu sebagai khalifah. Namun, perannya sebagai ‘abid (hamba) pun tak boleh terlupakan, agar ia selalu tunduk dan patuh kepada aturan-Nya. Manusia melalui kenikmaan yang telah Alllah berikan,dituntut untuk memanfaatkan segala
potensinya sebaik mungkin untuk menanam segala kebaikan di dunia, agar ia mampu menuai panen yang berlimpah si akhirat. Sebab, ia takkan selamanya hidup di dunia, suatu saat ia pun akan kembali kepada pemiliknya yaitu Allah SWT untuk mempertangguang jawabkan amal perbuatannya selama hidup di dunia.
1.      Awal Penciptaan[1]
Semakin manusia mendalami ayat-ayat Al-Quran dan membandingkannnya dengan penemuan-penemuan ilmiah modern maka semakin bertambah keimanan dan keyakinannya terhadap kalam illahi tersebut. Di dalam Al-Quran terdapat sekitar 40 ayat yang membahas tentang ilmu embriologi, sebagaimana ada puluhan hadits-hadits nabi di bidang ini. Semuanya amat sesuai dengan ilmu pengetahuan modern.
Sudah menjadi aksioma bahwa seluruh makhluk berawal dari ketiadaan. Allah mengingat manusia dengan hakikat abadi ini. Allah berfirman , “Demikianlah, hal itu mudah bagi-Ku. Dan sesungguhnya telah aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (diwaktu itu) belum ada sama sekali.” (Q.s Maryam : 9).
“ Dan idaklah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya kami telah menciptakannya dahulu, sedang ia tidak ada sama sekali?” (Q.s Maryam : 67).
“Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang  dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?” (Q.s Al-Insan : 1)
Kemudian Allah Menciptakan seluruh makhluk, masing-masing dengan peran yang telah ditentukan-Nya. Awalnya langit dan bumi, kemudian Dia menciptkan diatas muka bumi ini kehidupan nabati, lalu hewani. Kemudia dia menciptakan Adam A.s.
Walau ilmu pengetahuan modern menegaskan bahwa kehidupan muncul dengan rantai berikut : tumbuhan, hewan, lalu manusia. Namun, hakikat ini sudah kita miliki sebelum menjadi fakta ilmiah.
Bagaimana manusia diciptakan dari tanah?
Allah Berfirman, “sesungguhnya misal  (penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dai tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, “jadilah,” (seorang manusia), maka jadilah dia.” (Q.s Ali Imran : 59).
“dan ingatlah tatkala kami berfirman kepada para malaikat, “sujudlah kamu semua kepada Adam,” lalu mereka sujud kecuali iblis. dia berkata, “Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau Ciptakan dari tanah?” (Q.s Al-Isra : 61)
Seperti itulah yang kita lihat, ayat-ayat diatas dan ayat lainnya dalam Al-Qur’an mengisyaratkan bahwa Adam diciptakan dari tanah. Tidak hanya itu, bahkan seluruh manusia keturunan Adam, tercipta dari tanah. Allah berfirman, “Dan Allah menciptkan kamu dari tanah kemudiandari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan).” (Q.s fathir : 11)
Seruan dalam ayat ini ditunjukkan kepada seluruh manusia untuk mengingatkan mereka hakikat penciptaan mereka. “Maka tanyakanlah kepada mereka (Musrik Mekkah) : “Apakah yang lebih kukuh kejadiannya ataukah apa yang telah kami ciptakan itu?” seseungguhnya kami telah menciptakan mereka dari tanah liat.” (Q.s Ash-Shaffat : 11).
“dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati (berasal) dari tanah. “ (Q.s Al-mu’minun : 12).
“Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu biarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, diantara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).” (Q.s Ghafir : 67).
Dari sini dapat kita pahami bahwa kita semua berasal dari tanah bumi ini dan akan kembali ke tanah. “Dari Bumi (tanah) itulah kami Menjadikan kamu dan kepadanya kami akan mengembalikan kamu dan darinya kami akan mengeluarkan pada kali yang lain.” (Q.s Thaha : 55). Bukan hanya kita, bahkan seluruh bentuk lainnya.
Tanah yang dimaksud disini adalah yang menutupi permukaan bumi. Sedangkan sari pati tanah adalah campuran tanah, air dan lumpur hitam yang dibentuk.
Manusia Diciptakan Dalam Tujuh Fase
Allah berfirman, “ mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian.” (Q.s Nuh : 13-14).
Al-Quran menggambarkan tahap-tahap pertumbuhan janin di dalam rahim secara jelas dan akurat, dan membagikannya kedalam enam fase selain fase penciptaan dari tanah. Fase itu diantara lain ialah :fase nuthfah, fase ‘alaqah, fase mudhghah, fase pembentukan tulang, fase pembungkusan tulang dengan daging, dan fase taswiyah (penyempurnaan).
a.       Fase pertama
Manusia diciptakan dari saripati tanah atau dari tanah. Allah berfirman : “ Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada  sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).” (Al-an’am : 2).
“ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat, “sesunggunya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.” (Q.s Shad : 71).
“dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati (berasal) dari tanah. “ (Q.s Al-mu’minun : 12).
Menurut sebagian mufassir, sari pati tanah adalah tanah paling bersih dan pilihan. Pendapat ini dikatakan oleh syeikh Muhammad badran dalam bukunya, Al-Fithrah wa Al-‘aqidah. Secara meyakinkan, riset ilmiah membuktikan bahwa dialam semesta ini ada beberapa macam tanah. Fakta inilah yang mendorong munculnya ilmu klasifikasi. Sejumlah peneliti di laboratorium NASA, Amerika Serikat, berhasil mengungkap adanya delapan macam tanah di alam raya. Sebagiannya membantu pembentukan unsur- unsur yang masuk kedalam susunan protein yang dianggap sebagai komposisi utama dari susunan sel tubuh makhluk hidup. Fakta ini ternyata menjadi bukti dan mukjizat ilmiah terbesar dalam Al-Quran.


b.      Fase kedua : Nuthfah (Mani)
Secara etimologi, Nuthfah adalah cairan dalam jumlah kecil atau tetesan. Maksud nuthfah disini adalah Nuthfah laki-laki dan perempuan, atau spermatooa laki-laki dan sel telur perempuan. Kata Nuthfah disebut dalam banyak ayat yang menjelaskan perannya dalam penciptaan manusia.
c.       Fase ketiga : ‘Alaqah
Fase ‘Alaqah adalah fase pembentukan organ tubuh. Saat itu, zigat mulai memiliki sifat aluq (bergantung). Fase ini dimluai sejak berakhirnya fase Nuthfah yang merupakan fase perencanaan atau gambaran awal janin dan jenis kelaminnya sudah ditentukan. Fase ‘alaqah ini adalah fase persiapan untuk membentuk atau menggambar organ-organ janin. Ia berlangsung selama 40 hari, selama itu bentuk organ organ mulai disempurnakan. Setelah itu, kehamilan beralih ke fase mudhghah  sempurna dan tidak sempurna. Fase “alaqah adalah fase terpenting dalam penciptaan manusia. Di fase ini, perencanaan mulai beralih kepelaksanaan dan pembentukan. Oleh karena itu, Allah mengisyaratkannya diawal ayat Al-Quran yang diturunkan kepada Rasulullah dengan firmanNya :
“Dan telah menciptakan manusia dari ‘alaq (segumpal darah).” (Al-‘Alaq : 2)
Maka yang dimaksud segumpal darah inilah yang menjadi dasar penetapan teori penciptaan manusia bahwa Islam telah mengenal penciptaan Manusia mulai dari 14 abad yang lalu. Inilah istimewannya agama kita.
Para ilmuwan menyimpulkan bahwa lintah (dudat al-alaq) hidup dan mendapat makananya. Disebut 'alaqah, karena ia bergantung di dinding rahim. Fase 'alaqah (segumpal darah)  yang terus menyempurnakan diri secara bertahap pun dimulai sampai janin berbentuk seperti lintah yang hidup di dalam air.
 
d.      Fase keempat : Fase Mudhghah (segumpal daging) 
'alaqah tadi berubah menjadi mudghah. Sebab penamaannya dengan mudghah karena saat diteropong bentuknya seperti segumpal daging yang dikunyah. Fase mudghah ini terjadi setelah fase 'alaqah. Susunan fase ini sesuai dengan yang disebutkan dalam Al-Quran :" Kemudian air mani itubkami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging. " (Q.s Al-Mu'minun:14).
Diantara sifat segumpal daging adalah bisa memanjang dan bentuknya akan berubah jika dikunyah.  Dan inilah yang benar benar terjadi pada janin di fase ini. Allah berfirman, "Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka ketahuilah sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setets mani,  kemudian  dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yg tidak sempurna,  agar kami jelasakan kepada kamu dan kami tetapkan dalam rahim apa yang kami kehendaki sampai waktu yg sudah di tentukan. " (Q.s Al-Hajj:5).
e.       Fase kelima : fase pembentukan tulang
Allah berfirman, " Kemudian air mani itubkami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang. " (Q.s Al-Mu'minun:14).
Ayat diatas Mengisyaratkan tentang bagaimana pembentukan tulang pertama kali dari mudhghah yang sempurna penciptaannya. Salah satu bagian dari ruas mudhghah ini akan berubah menjadi jaringan jaringan tulang untuk membentuk tulang punggung dam struktur tulang lainnya. Pada awal minggu ke 7 atau setelah 42 minggu, rupa awal manusia telah tampak. Ini sesuai dengan sabda nabi, "empat puluh dua hari setelah nuthfah terbentuk, Allah akan mengutus malaikat. Kemudian Allah membentuknya, menciptakan pendengarannya,  penglihatannya,  kulit,  daging,  dan tulangnya." (H.R Muslim).
f.       Fase ke Enam : Fase pembentukan daging
Fase ini ditandai dengan menebarnya otot otot disekitar tulang dan meliputinya. Fase pembungkusan tulang dengan daging dimulai pada akhir minggu ketujuh dan berlangsung hingga akhir minggu kedelapan. Prosesnya terjadi setelah fase pembentukan tulang.
g.      Fase ketujuh : Fase pembentukan Manusia
Allah berfirman "dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendakiNya. Tak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia, yang maha perkasa lagi maha bijaksana (Ali imran : 6)


[1] Dr. Nadiah Thayyarah, buku pintar SAINS dalam AL-QUR`AN, hlm 177

Komentar