SANG PENGELANA Part 1


“aku tak percaya pada Tuhan. Tidak aku tidak mempercayainya.” Teriak salah seorang santri sebuah pondokan. Diketahui santri itu adalah santri yang yatim ditinggal ayahnya saat dia masih didalam kandungan dan hanya dibesarkan oleh ibunya yang memutuskan jadi pelacur. “nyebut Aldi, nyebut kamu bilang apa ?” kata Deki teman Aldi.
“kamu tidak tahu kah ?, Tuhan sudah membuat aku jadi seperti ini, haha dia mengambil ayahku sampai aku tidak bisa melihatnya dan menikmati kebersamaan dengan orang tuaku, Tuhan juga yang sudah menakdirkan ibuku menjadi pelacur. Betapa kejam Dia itu, aku tidak percaya kepadanya.” Dengan isak tangis Aldi memberikan gambaran pada orang disekitarnya betapa dia depresi akan semua ini, mungkin setingkat lagi dia akan mengalami kegilaan.
Memang, Aldi dilahirkan di keluarga yang terbilang aneh, ayahnya meninggal saat dia masih didalam kandungan. Dan akhirnya dia diasuh seorang diri oleh ibunya, masa kecil yang juga kurang berbahagia, dia lebih sering dititipkan kepada sang nenek.
Hari demi hari, bulan berganti bulan dia belum faham pekerjaan ibunya apa, sampai pada suatu ketika dia dibully habis-habisan oleh teman-temannya di sd. Dia dibilang anak wanita jablay, anak pelacur, dan masih banyak lagi hinaan terlempar dari ucapan teman-temannya. Ketika itu, saking dia sakit hati dibully kawan-kawannya, dia melemparkan apapun didepannya, dari mulai buku, pensil, sampai tas.
Hari itu dia faham bahwa dia terlahir dari orang yang hina, dia mulai bertanya “kenapa aku terlahir seperti ini ?” ucapan yang sebenarnya tidak pantas diucapkan oleh bocah yang masih sekolah dasar, ucapan yang amat kasar, ucapan yang juga mebutuhkan jawaban yang sangat tepat.
Tahunpun berganti, dia tumbuh makin besar, dan juga makin berfikir tentang siapakah dia dan kenapa dia ada dibumi ini, namun pikiran yang rancu membuat dia sendiri malah terjebak dalam ego pikirannya. Ah, begitu disayangkan.
Saat dipesantren dia merasa bosan akan semua ini, semua kehancuran hidupnya, dan semua beban yang menimpa dirinya. Baginya apa yang dikatakan kiyai dan para ustadz omong kosong, tak ada manfaat apapun hanya membicarakan sesuatu yang tidak terbukti keberadaannya. Entah, entah apa yang membuat dirinya jadi seperti itu.
Sampai datang hari ini dia benar-benar mendeklarasikan dirinya yang tidak percaya kepada Tuhan, dia selalu berbicara “aku tidak percaya pada Tuhan, tunjukan keadilan Tuhan itu.”
Sontak berita ini sampai ketelinga pak kiyai yang memang sangat bijak, dia hanya tersenyum ketika mendengar lurah pondok mengatakan hal demikian kepadanya, senyumnya yang teduh membuat sang lurah yang tadiknya naik pitam akibat prilaku Aldi berangsur tenang dan dapat mengendalikan emosi.
“biar aku yang datang ke kamarnya lurah.” Ucap pak kiyai
“iya pak kiyai, mari saya antar.” Hormat sang lurah
Sang lurah berjalan mendapingi pak kiyai yang sudah lumayan sepuh datang menuju kamar Aldi, mereka berjalan beriringan. Di depan kamar Aldi lurah berhenti sejenak dan berkilah kepada anak penghuni kamar bahwa pak kiyai datang ke kamar ini untuk menemui Aldi, semuanya langsung bersiap, yang tidak memakai sarung langsung memakai sarung dan yang lainnya sudah siap untuk menyambut pak kiyai.
Pak kiyai masuk, semuanya memberikan penghormatan dengan menunduk saat pak kiyai melewat. “kenapa kamu nak ?” ucap lembut pak kiyai.
“kenapa harus ada Tuhan pak ? apa fungsi dia ? dan kenapa dia membuat aku bersedih terus menerus ?”
“wah, kamu begitu cerdas, bahkan aku bingung untuk menjawab pertanyaanmu.” Pak kiyai melenguh, menghela nafas. “besok akan kuberikan kau tantangan anakku, kalau kau bisa mengambil sesuatu yang baik akan tantangan itu, maka kau akan tahu hakikat Tuhan itu bagaimana.”
Semuanya berdiam, ingin mengetahui tantangan apa yang akan diberikan sang kiyai kepada Aldi yang sudah putus asa atas apa yang telah menimpanya.

Bersambung.....

nantikan cerita lanjutannya diblog DUNIA HERU jangan lupa berlangganan agar terus dapat pemberitahuan kelanjutan ceritanya.

Komentar